Bisnis Online

Bidadari-Bidadari Surga

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam telah bersabda: “Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita....

Penaklukan Konstantinopel

Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu,....

Terompet Malaikat Isrofil

Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh Malaikat Israfil?. Lalu seperti apakah sebenarnya bentuk terompetnya atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala Malaikat Israfil itu?...

Sang Pedang Allah

Khalid ibn Al-Walid adalah salah satu jenderal Arab yang sangat dikenal di awal penaklukan Islam Abad ke-7, tercatat akan kemampuan militernya dalam memimpin pasukan-pasukan Muhammad dan dua Khulafaur Rasyidin pertama....

Awal Mula Terciptanya Alam Semesta

Bagaimana alam semesta berawal adalah pertanyaan yang mempesona manusia sepanjang jaman. Pada abad ke-16 Copernicus mengemukakan teori bahwa matahari tidak mengelilingi bumi tapi bumilah yang justru mengelilingi matahari....

Wednesday, November 21, 2012

Alasan Mengapa Bangsa Indonesia Harus Mendukung Perjuangan Palestina

Jika ada ribut-ribut di negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina atau Suriah, kita sering bertanya apa korelasi dukungan terhadap negara tersebut. Lalu saat ini ketika Palestina diserang, mengapa kita bangsa Indonesia ikut sibuk?

Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan kepada Palestina dan negara-negara Arab lain.

Sukarno-H
atta memproklamasikan kemerdekaan RI secara de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi harap di ingat bahwa untuk berdiri sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan  secara de jure dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh-tokoh Timur Tengah, sehingga negara Indonesia bisa berdaulat.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.

Kenapa Kita Memikirkan Palestina?

M. Zein Hassan Lc. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini yang secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.

Berita tersebut disiarkan melalui radio dua hari berturut-turut, disebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Sayang, peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini. Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.

Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalanan Palestina terjadi gelombang demonstrasi untuk solidaritas dan dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.

Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur Tengah, khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.

Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal Volendam milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Yang mencengangkan, mereka menggunakan puluhan kapal boat dengan bendera merah putih yang berkeliaran pesisir Port Said guna mengejar, menghalau dan melakukan blokade terhadap kapal-kapal perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal Volendam milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.

Bagaimana rasanya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya? Bukti cinta mereka pada bangsa Indonesia. Wartawan Al-Balagh pada 10/8/47 melaporkan, “Kapal-kapal boat yang dipenuhi warga Mesir itu mengejar kapal-kapal besar dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. Mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan kapal-kapal besar itu ke jurusan lain.”

Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini dapat kita ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa Mesir dan khususnya Palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. Tidak ada alasan untuk tidak mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara yang merdeka.

Semoga menambah pengetahuan kita serta menyadarkan kita bahwa begitu besarnya rasa solidaritas mesir serta palestina dalam kemerdekan yang kita nikmati sekarang ini .

Wednesday, September 12, 2012

Sisi Buruk Wajah Demokrasi

Bentuk suatu negara akan menentukan hakikat dan watak keseluruhan komunitas politik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Aquinas (1226-1274 M) tentang bentuk negara, hal serupa juga terdapat dalam karya Aristoteles yaitu "Politics". Menurut pemikiran keduanya bentuk negara dibagi menjadi dua.

Pertama, negara dilihat dari penguasanya: satu orang berupa monarki dan tirani, beberapa orang beberapa orang berupa aristokrasi dan oligarki, dan banyak orang yakni timokrasi dan demokrasi.

Kedua, negara dilihat dari tujuan pembentukannya: negara baik adalah negara yang bertujuan untuk mewujudkan kebaikan bersama, sedangkan negara buruk adalah negara dengan tujuan untuk kesejahteraan segelintir orang atau kelompoknya.

Thomas Aquinas mengklasifikasikan negara berdasarkan dua aspek tadi yaitu berdasarkan jumlah penguasa dan tujuan pembentukan negara sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Negara Baik
  1. Monarki : diperintah satu orang demi tujuan bersama
  2. Aristokrasi : diperintah beberapa orang untuk kebaikan bersama
  3. Timokrasi : diperintah banyak orang untuk kebaikan semua

Negara Buruk

  1. Tirani : diperintah satu orang untuk kepentingan pribadi
  2. Oligarki : diperintah beberapa orang untuk kepentingan segelintir orang
  3. Demokrasi : diperintah banyak orang untuk kepentingan golongan dan kelompok mereka sendiri

Dari fakta-fakta diatas maka klaim demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik perlu dikoreksi. Sebagaimana yang disampaikan oleh presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln bahwa pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya puncak kepemimpinan berada dibanyak orang telah menempatkan demokrasi sebagai model negara buruk dan paling buruk.

Koreksi Thomas Aquinas ini jelas menunjukan koreksi secara normatif bahwa ia meninjau demokrasi dari konsepnya. Bukan didasarkan atas realitas penyimpangan akibat penyalahgunaan demokrasi semata sebagaimana yang selama ini dituduhkan. Belum lagi jika demokrasi ditinjau dari dari sisi historis dan empiris dari sisi buruknya.

Jika sejak dulu demokrasi dianggap sebagai sistem pemerintahan terbaik, tapi dalam kenyataannya ia lebih buruk dari monarki. Inilah yang disebut kesesatan logika, menganggap yang salah seakan baik dan begitu pula sebaliknya.

Sudah saatnya mencari negara alternatif. Logikanya jika monarki sebagai negara terbaik saja dianggap buruk, apalagi demokrasi sebagai negara terburuk. Inilah saatnya kemunculan negara alternatif yang ditunggu. Ia bukan negara monarki atau tirani, bukan aristokrasi atau oligarki, dan bukan pula timokrasi apalagi demokrasi. Itulah Khilafah Islamiyah, yaitu negara yang didalamnya diterapkan hukum-hukum Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam.

*Gema pembebasan

Tuesday, September 11, 2012

Kelebihan-Kelebihan Bahasa Arab

Banyak orang mengira, bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang susah di pelajari, kurang gaul, dan beribu alasan lainnya yang begitu memojokkan bahasa Arab. Sekolah-sekolah besar di Indonesia, selalu mengutamakan bahasa Inggris, dan sebagai penunjang lebih memilih bahasa lain : Prancis, Jerman, Jepang, Mandarin dan lainnya, bukan bahasa Arab. Mungkin hanya di pesantren sajalah bahasa Arab baru diajarkan. Padahal bahasa Arab harus lebih diutamakan dari yang lainnya, terutama bagi umat Islam, karena merupakan bahasa tertua yang masih digunakan hingga saat ini. Banyak kelebihan-kelebihan dari bahasa Arab dan berikut ini adalah kelebihan-kelebihannya :

1.Bahasa tertua yang tetap eksis

Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah. Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan ‘mbah buyut’-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris di zamannya. Mengapa?

Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.

Yang demikian itu tidak pernah terjadi pada bahasa Arab. Bahasa yang diucapkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai orang Arab yang hidup di abad ke-7 masih utuh dan sama dengan bahasa yang dipakai oleh Raja Abdullah, penguasa Saudi Arabia di abad 21 ini. Seandainya keduanya bertemu dengan mesin waktu, mereka bisa berbicara dan ngobrol tentang apapun hingga subuh dengan menggunakan bahasa arab.

Dengan kenyataan seperti ini, wajarlah bila Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an Al-Kariem yang abadi. Kalau tidak, boleh jadi Al-Qur’an sudah musnah seiring dengan kemusnahan bahasanya.

2. Kaya akan perbendaharaan kosa kata

Sebagai bahasa yang sudah tua dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata 'unta' yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.

Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa Arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur’an.

3. Mampu menampung informasi yang padat

Diantara keistimewaan bahasa Arab adalah kemampuannya menampung informasi yang padat di dalam huruf-huruf yang singkat. Sebuah ungkapan yang hanya terdiri dari dua atau tiga kata dalam bahasa arab, mampu memberikan penjelasan yang sangat luas dan mendalam. Sebuah kemampuan yang tidak pernah ada di dalam bahasa lain.

Makanya, belum pernah ada terjemahan Al-Qur’an yang bisa dibuat dengan lebih singkat dari bahasa Arab aslinya. Semua bahasa umat manusia akan bertele-tele dan berpanjang-panjang ketika menguraikan isi kandungan tiap ayat. Sebagai contoh, lafadz ‘ain dalam bahasa arab artinya ‘mata’, ternyata punya makna lain yang sangat banyak. Kalau kita buka kamus dan kita telusuri kata ini, selain bermakna mata juga punya sekian banyak makna lainnya. Di dalam kamus kita mendapati makna lainnya, seperti manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.

Bahasa lain tidak punya makna yang sedemikian padat yang hanya terhimpun dalam satu kata dan hurufnya hanya ada tiga.

4.Mudah dihapalkan

Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya.

Dan kalau beragam petunjuk yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab. Karena bahasa itu mampu mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa dihafalkan di luar kepala.

Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang Arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa Arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya?

5. Keindahan gaya bahasa

Salah satu keunikan bahasa Arab adalah keindahan sastranya tanpa kehilangan kekuatan materi kandungannya. Sedangkan bahasa lain hanya mampu salah satunya. Kalau bahasanya indah, kandungan isinya menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kalau isinya informatif maka penyajiannya menjadi tidak asyik diucapkan.

Ada sebuah pintu perlintasan kereta api yang modern di Solo. Setiap kali ada kereta mau lewat, secara otomatis terdengar rekaman suara yang membacakan peraturan yang terkait dengan aturan perlintasan kereta. Awalnya, masyarakat senang mendengarkannya, tapi ketika setiap kali kereta mau lewat, suara itu terdengar lagi, maka orang-orang menjadi jenuh dan bosan. Bahkan mereka malah merasa terganggu dengan rekaman suara itu. Ada-ada saja komentar orang kalau mendengar rekaman itu berbunyi secara otomatis.

Tapi lihatlah surat Al-Fatihah, dibaca orang ribuan kali baik di dalam shalat atau di luar shalat, belum pernah ada orang yang merasa bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Bahkan bacaan Al Qur’an itu begitu sejuk di hati, indah dan menghanyutkan. Itu baru pendengar yang buta bahasa Arab. Sedangkan pendengar yang mengerti bahasa Arab, pasti ketagihan kalau mendengarnya.Bahkan para syeikh atau orang yang benar-benar paham bahasa Arab kita lihat bila sholat atau berdoa sampai menangis. Kita semua tahu kisah-kisah tentang Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau waktu menangis saat membaca Al Quran, salah satunya adalah Umar bin Khattab yang pribadinya keras sebelum masuk islam hatinya luluh saat mendengar QS Thoha dibacakan.

Tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa tetap terdengar indah ketika dibacakan, namun tetap mengandung informasi kandungan yang kaya, kecuali bahasa Arab. Maka wajarlah bila Allah SWT berfirman dengan bahasa Arab.

* disarikan dari berbagai sumber

Mukjizat Al-Qur'an Tentang Langit Yang Mengembalikan

Bumi dilingkupi oleh atmosfir yang terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan. Dari hasil penelitian terungkap bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang diterima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi.

Kita bisa cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, pada ketinggian 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Semua fenomena alam di atas, sesungguhnya telah diungkapkan dalam Alquran pada abad ke-7 M, jauh sebelum ilmu pengetahuan mengungkap fakta-fakta tersebut. Sebagaimana firman Allah didalam Al-Quran surah At-Tariq [86] ayat ke-11 tentang fungsi langit yang "mengembalikan".

"Demi langit yang mengandung hujan." (QS 86:11)

Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Alquran ini juga mempunyai makna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".

Menurut tafsir, raj'i berarti kembali berputar. Hujan dinamakan raj'i dalam ayat ini, karena hujan berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi, begitulah seterusnya.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Alquran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah.

*Disarikan dari berbagai sumber

Jerman Gempar Setelah Mantan Direktur NATO Masuk Islam

Islam adalah agama yang rasional dan universal. Ia bisa diterima dan sesuai dengan akal sehat. Agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Sebab, kendati diturunkan di Jazirah Arabia, agama Islam bukan hanya untuk orang Arab, tetapi juga dapat diterima oleh orang yang bukan Arab (Ajam).

Bahkan, ilmu-ilmu dan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran, sesuai dengan pandangan hidup umat manusia. Karena itu, tak heran, bila agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW ini, dengan mudah diterima oleh orang-orang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya. Itulah yang dialami Dr. Murad Wilfried Hoffman, mantan Diplomat Jerman. Ia menerima agama Islam, disaat kariernya berada di puncak.

Dr. Wilfried Hoffman, dilahirkan dalam keluarga Katholik Jerman pada 3 Juli 1931. Dia adalah lulusan dari Union College di New York dan kemudian melengkapi namanya dengan gelar Doktor di bidang ilmu hukum dan yurisprodensi dari Universitas Munich, Jerman tahun 1957. Pada tahun 1983-1987, ia ditunjuk menjadi direktur informasi NATO di Brussels.

Jerman sangat mengenal Hoffman, karena setelah bertugas di NATO, ia diangkat menjadi duta besar Jerman untuk Aljazair tahun 1987 dan dubes di Maroko tahun 1990-1994. Karenanya, Jerman menjadi gempar ketika Hoffman menerbitkan buku yang berjudul Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif). Jerman terkejut, ternyata salah satu putra terbaiknya telah memeluk Islam.

Hoffman sebenarnya telah masuk Islam sejak lama, jauh sebelum bukunya dipublikasikan pada 1992. Dr Hoffman, menerima Islam pada 25 September 1980. Ia mengucapkan syahadat di Islamic Center Colonia yang dipimpin oleh Imam Muhammad Ahmad Rasoul. Ia masuk Islam jauh sebelum bertugas ke Aljazair dan Maroko. Bagaimana ia mendapatkan hidayah?

Saat itu, Hoffman sangat prihatin pada dunia barat yang mulai kehilangan moral. Agama yang dulu dianutnya dirasakannya tak mampu mengobati rasa kekecewaan dan keprihatinannya akan kondisi tersebut.

Hoffman juga memiliki sejumlah pertanyaan teologi yang belum terjawab, terutama mengenai dosa warisan. Ia juga tidak puas dengan jawaban mengapa tuhan memiliki anak dan harus pasrah disiksa hingga mati di kayu salib.

“Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak punya kuasa,” tegasnya.

Hoffman bahkan sempat “meragukan” keberadaan Tuhan. Ia lalu melakukan analisa terhadap karya-karya filsuf seperti Wittgenstein, Pascal, Swinburn, dan Kant, hingga akhirnya ia dengan yakin menemukan bahwa Tuhan itu ada.

Jika Tuhan itu ada, bagaimana manusia berkomunikasi dengan-Nya? Hoffman menemukan, jawabannya adalah wahyu. Maka ia pun membandingkan berbagai “wahyu” yang ada. Setelah membandingkan kitab suci Yahudi, Kristen dan Islam itulah Hoffman mendapati Islam-lah yang secara tegas menolak dosa warisan. Ia juga mendapati, dalam Islam seseorang langsung berdoa kepada Allah, bukan melalui perantara atau tuhan-tuhan lainnya.

“Seorang Muslim hidup di dunia tanpa pendeta dan tanpa hierarki keagamaan; ketika berdoa, ia tidak berdoa melalui Yesus, Maria, atau orang-orang suci, tetapi langsung kepada Allah,” kata Hoffman.

Tauhid yang murni di dalam Islam itulah yang akhirnya membuat Hoffman memeluk Islam. Keyakinannya semakin kuat ketika ia bertugas di Aljazair dan melihat betapa umat Islam Aljazair begitu sabar, kuat dan tabah menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari umat lain. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian masyarakat Barat yang rapuh.

"Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan orang-orang Aljazair dalam menghadapi penderitaan ekstrem, mereka sangat disiplin dan menjalankan puasa selama bulan Ramadhan, rasa percaya diri mereka sangat tinggi akan kemenangan yang akan diraih. Saya sangat salut dan bangga dengan sikap mereka," ujarnya.

Ketika keislamannya diketahui publik pasca terbitnya buku Der Islam als Alternative, media massa dan masyarakat Jerman serentak mencerca dan menggugat Hoffman. Media massa sebesar Del Spigel pun turut mencercanya. Bahkan pada kesempatan berbeda, televisi Jerman men-shooting Hoffman saat ia sedang melaksanakan shalat di atas Sajadahnya, di kantor Duta Besar Jerman di Maroko, sambil dikomentari oleh sang reporter: "Apakah logis jika Jerman berubah menjadi Negara Islam yang tunduk terhadap hukum Tuhan?"

Hoffman tersenyum mendengar komentar sang reporter. "Jika aku telah berhasil mengemukakan sesuatu, maka sesuatu itu adalah suatu realitas yang pedih." Artinya, lelaki yang menambah namanya dengan “Murad” (yang dicari) ini, paham bahwa keislamannya akan membuat warga Jerman marah. Namun ia sadar, segela sesuatu harus ia hadapi apapun resikonya. Bagi Murad Wilfried Hoffman, demikian nama lengkapnya setelah menjadi Muslim, Islam adalah agama yang rasional dan maju.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jerman mulai “menerima” keislaman Hoffman. Sebagian mereka juga turut membaca karya-karya mualaf yang komitmen mendakwahkan Islam ini. Buku berikutnya yang ditulis Hoffman berjudul Trend Islam 2000. Selain menulis, Hoffman juga aktif dalam organisasi keislaman, seperti OKI. Ia terus menyampaikan pemikiran - pemikiran briliannya untuk kemajuan Islam.

Pada bulan September 2009, Hoffman dinobatkan sebagai Muslim Personality of The Year (Muslim Berkepribadian Tahun Ini), yang diselenggarakan oleh Dubai International Holy Quran Award (DIHQA). Penghargaan serupa pernah diberikan pada Syeikh Dr Yusuf al-Qardhawi.